PENGELOLAAN LAHAN PERTANIAN
Sumberdaya
lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk
pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah
rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan
ilmiah. Sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari
iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya
sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya
lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis
antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya.
Dalam
rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan
untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya
lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek
keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam.
Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan
manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal
(kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya
ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan
lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan
cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya
dukung yang menurun. Untuk itu perlu pengelolaan lahan yang efektif, efisien
dan optimal sehingga kelestarian lahan juga dapat terjaga dan kebutuhan manusia
akan lahan dapat tercukupi.
Pengertian
lahan
Lahan
(land) atau sumberdaya lahan (land resources) adalah lingkungan fisik yang
terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada
diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah.
Sering
kali terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land) dengan tanah (soil),
karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki arti yang sama. Tanah
adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat,
cair dan gas dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini
terbentuk oleh hasil kerja interaksi anatara iklim (i) dan jasad hidup (o)
terhadap suatu benda induk (b) yang dipengaruhi oleh relif tempatnya terbentuk
(r) ditambah waktu (w).
Pengelolaan
Lahan Pertanian
Pengelolaan
lahan pertanian adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada suatu
lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut dengan
mempertimbangkan kelestariaannya. Tingkat produktivitas lahan sangat
dipengaruhi oleh kesuburan tanah, curah hujan, suhu, kelembaban, sistem
pengelolaan lahan, serta pemilihan landcover (Djaenuddin , 2006). Pengelolaan
lahan sebagai salah satu komponen pengelolaan teknologi pertanian diperlukan
dalam sistem pertanian berkelanjutan karena sistem pertanaman intensif bisa
mengarah pada trade-off antara manfaat ekonomi dalam jangka pendek dan
kerusakan lingkungan seperti degradasi kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Tujuan
pengelolaan lahan adalah :
a. Mengatur pemanfaatan sumber
daya lahan pertanian secara optimal
b. Mendapatkan hasil maksimal
c. Mempertahankan kelestarian sumber daya lahan
Sistem
pengelolaan lahan meliputi pola tanam, sistem tanam, pengolahan lahan,
pengairan atau irigasi, pemupukan, pemberantasan hama penyakit tanaman dan konservasi tanah
dan air yang diterapkan pada lahan tersebut.
a. Pola tanam
Pola
tanam tanaman pangan yang diterapkan umumnya terdiri atas: padi-padi-palawija;
padi-palawija-palawija; dan padi-palawija-bera. Berikut ini adalah contoh pola
tanam berdasarkan sebaran hujan di wilayah Kabupaten Trenggalek :
|
Jan
|
Peb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Ags
|
Sep
|
Okt
|
Nop
|
Des
|
|
basah
|
kering
|
Basah
|
|||||||||
|
Tanaman
Semusim
|
|||||||||||
|
padi
|
gogo
|
palawija
|
bera
|
Padi
|
|||||||
|
Tanaman
Tahunan
|
|||||||||||
|
masa
pertumbuhan
|
masa
pemeliharaan (penyiraman)
|
Tanam
|
|||||||||
|
|
|
|
|||||||||
Sumber : Soemarno, 2009
b. Sistem tanam
Beberapa jenis sistem tanam yang sering
diterapkan :
a. Kebun Pekarangan
Merupakan kebun campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan (buah-buahan) dan tanaman semusim di sekitar pekarangan dengan fungsi penyediaan karbohidrat, vitamin dan mineral, serta obat-obatan sepanjang tahun
b. Sistem perkebunan/ mokokultur
Merupakan penanaman satu jenis komoditas tanaman dengan maksud untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dalam usaha tani. Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas tanaman pohon, yang mempunyai sistem perakaran yang dalam, seperti tanaman buah-buahan, disamping juga mempunyai nilai ekonomi yang tinggi Biasanya menggunakan input sarana produksi yang tinggi (intensifikasi). Dalam penanaman monokultur perlu diikuti oleh upaya konservasi antara lain :
o Pada lahan yang bergelombang/
miring perlu pembuatan teras-teras dan guludan untuk menghambat aliran
permukaan air dan mengurangi erosi, serta menampung dan menyalurkan aliran air
dengan kekuatan yang tidak merusak.
o Pengolahan tanah minimum,
dilakukan secara terbatas/ seperlunya pada lobang tanam saja
o Tanaman utama misalnya komoditas
buah-buahan seperti jeruk, durian, mangga dll, pada teras ditanam menurut sabuk
gunung atau memotong lereng
o Penanaman rumput-rumputan pada guludan dan
lereng-lereng/ tebing untuk mencegah erosi
c. Talun-kebun
Merupakan pertanian-hutan tradisional dimana berbagai macam tanaman ditanam secara spatial dan urutan temporal. Lokasinya jauh dari pekarangan, dengan fungsi (1) penyediaan subsisten karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, (2) produksi komoditas komersial, (3) konservasi tanah dan genetic, (4) sosial (penyediaan kayu baker bagi desa, (5) peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil komoditas komersial. Pertanian talon-kebun ini telah berhasil dikembangkan di daerah Jawa Barat.
d. Tumpang sari
Tumpang sari bertujuan untuk mengintensifkan kegiatan Pertanian, pemanfaatan sumber daya secara optimal, serta menyelamatkan sumber daya lahan dan air, serta mengurangi resiko kegagalan panen. Prinsip tumpang sari adalah keanekaragaman vegetasi, dengan penanaman bermacam-macam tanaman, berupa tanaman keras/ kayu-kayuan dan buah-buahan, dengan intercrop tanaman semusim seperti tanaman pangan, tanaman obat-obatan, tanaman penutup dll.
e. Rumput-hutan
Merupakan usahatani campuran antara kehutanan dan peternakan (sylvopasture), dimana rumput ditanam di bawah pohon damar, pinus dan Albisia sp. Pengembangan system ini dapat berhasil di daerah yang petaninya mempunyai ternak, tapi tidak ada ladang untuk penggembalaan. Selain sebagai pakan ternak, rumput berfungsi sebagai pencegah erosi yang ditanam sebagai penutup tanah, penguat teras dan guludan serta penguat tebing-tebing pada tanah yang miring. Dalam usaha Pertanian, rumput dapat dimanfaatkan sebagai mulsa dan pupuk kompos.
f. Pertanaman lorong
Merupakan penanaman tanaman semusim atau tanaman pangan di lorong antara barisan pagar tanaman pohon. Tanaman pagar dijaga agar tetap rendah agar tanaman semusim tidak ternaungi, kecuali jika tidak ada tanaman semusim maka tanaman pagar dibiarkan tumbuh bebas. Pada tanah yang berlereng, tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam mengikuti kontur agar erosi dapat tercegah dengan baik.
c. Pengolahan lahan
Berikut ini beberapa bentuk
pengolahan lahan :
o Pengolahan
tanah menurut kontur/ memotong lereng
Pengolahan tanah
yang dilakukan menurut kontur atau sabuk gunung, baik dengan pembajakan,
pencangkulan atau perataan, sehingga terbentuk alur-alur dan jalur-jalur
tumpukan tanah yang searah dengan kontur. Alur tanah tersebut akan merupakan
penghambat erosi. Pengolahan tanah menurut kontur ini sebainya diikuti dengan
penanaman dalam baris-baris memotong lereng.
o Pembuatan guludan, teras, dan
saluran/ pembuangan air.
Beberapa cara dikenal guludan
biasa, teras (teras guludan, teras kredit/sederhana dan teras bangku).
Sedangkan saluran air berupa saluranpembuangan dan got buntu/rorak.
o Guludan biasa
Guludan biasa dibuat pada
lahan dengan kemiringan lereng dibawah 6%, dimaksudkan untuk aliran permukaan
yang mengalir menurut arah lereng. Dibuat menurut kontur, sedikit miring yang
menuju saluran pembuangan. Pada guludan sebaiknya ditanami rumput penguat
guludan dan tanaman tahuan penguat teras seperti lamtoro.
o Teras guludan dan teras kredit
Teras guludan
dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 6-15%, arah memanjang sejajar kontur
dan menuju ke saluran. Teras kredit merupakan penyempurnaan dari teras guludan
yang memungkinkan daya tampung lumpur lebih besar lagi.
o Teras bangku
Teras bangku dibuat pada lahan dengan
kemiringan lereng 8-30%. Teras bangku memiliki bentuk khas, antar bidang olah
teras dibatasi oleh terjunan. Teras bangku terdiri dari beberapa bagian utama
yaitu bidang olah, talut, guludan atau galengan dan saluran pembuangan air.
a. Pengairan atau irigasi
Air sangat di perlukan bagi
tanaman. Kekurangan air dalam pemeliharaan turgor sel tanaman dalam menghambat
pertumbuhan vegetatif tanaman karena penurunan turgor sel dapat mengakibatkan
menutupnya stomata sehigga segingga proses fotosintesis terhambat (Arifin,
2002). Pengelolaan air dibedakan dalam:
1. Pengelolaan air makro yaitu penguasaan air di tingkat kawasan reklamasi.
Pengelolaan air makro ini bertujuan untuk membuat lebih berfungsi yaitu dengan
:
o Jaringan drainase - irigasi: navigasi,
primer, sekunder.
o Kawasan
retarder, kawasan sempadan, dan saluran intersepsi.
o Kawasan
tampung hujan.
2. Pengelolaan air mikro yaitu pengaturan tata air di tingkat petani.
b. Pemberantasan hama penyakit tanaman
Pemberantasan hama penyakit tanaman
dilakukan melalua PHT (pengendlian Hama Terpadu). PHT adalah suatu cara
pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada
pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan
agroekosistem yang berwawasan lingkungan yang terlanjutkan. Sasaran PHT adalah
: 1) produktivitas pertanian yang mantap dan tinggi, 2) penghasilan dan
kesejahteraan petani meningkat, 3) populasi OPT dan kerusakan tanaman karena
serangannya tetap berada pada aras yang secara ekonomis tidak merugikan, dan
4) pengurangan risiko pencemaran lingkungan akibat penggunaan pestisida.
Strategi PHT adalah memadukan secara kompatibel semua teknik atau metoda
pengendalian OPT didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi.
c. Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air merupakan upaya pengawetan dan pemeliharaan tanah
dan air yang diterapkan pada suatu lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang
dapat diterapkan diantaranya pembuatan teras, penerapan multi cropping pada
suatu lahan, penanaman tanaman rumput sebagai penguat teras dan disekitar
aliran sungai sebagi filter, pembuatan saluran pembuangan air. (Kartasapoetra,2005)
Permasalahan pada sistem tanam, pengolahan lahan sangat
berkaitan dengan teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan pada lahan
tersebut. Sitem tanam monokultur tanaman semusim yang di tanam pada lahan
berlereng tanpa menggunakan teras (Gambar diatas) dapat menyebabkan tanah mudah
tererosi. Selain itu pada teras-teras yang dibuat seringkali tidak diimbangi
dengan bangunan penguat teras ataupun tanaman penguat teras sehingga sering
menyebabkan longsor tebing teras. Pada musim hujan oleh air, pada musim kemarau
oleh angin. Jika lapisan atas tanah yang banyak mengandung unsur hara terosi
dan terkena limpasan permukaan oleh air, secara otomatis tanah pada lahan
tersebut enjadi kurang subur. Banyaknya limpasan permukaan juga mengurangi
peluang air masuk ke dalam tanah (infiltrasi) sehingga ketersediaan air abaik
di musim penghujan maupun musim kemarau sangat kecil. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan produktivitas lahan akibat adanya degradasi lahan sehingga lahan tersebut
mengalami penurunan daya dukung yang tidak dapat dimanfaatkan secara berlanjut.
1. Evaluasi kesesuaian lahan
Dalam sistem ini menyesuaikan antara karakteristik lahan, kondisi sosial ekonomi dan jenis tanaman. Kesesauaian ini sangat penting untuk menentukan kelas kemapuan lahan yang nantinya akan disesuaikan dengan tanaman atau vegetasi yang tumbuh diatasnya agar tetap dapat berproduksi optimal. Tentang metode yang digunakan sangat bervariasi. Teknik manual yang mengacu pada Djaenuddin, dkk (2003), selai itu juga dapat menggunakan sistem ALES.
2. Penerapan teknik konservasi tanah dan air
Dalam hal ini penerapan teknik konservasi tanah dan air lebih mengacu pada cara penanggulangan erosi karena jika erosi sermakin besar dan tidak ditanggulangi maka kesuburan tanah akan berkurang dan meyebabkan degradsai lahan. Teknik konservasi tanah dan air yang diterapkan dapat melalui dua cara yaitu secara vegetatif dan mekanik.
a. Secara vegetatif
Tanaman dapat menurunkan
energi kinetik air hujan yang sampai permukaan tanah melalui intersepsi mahkota
daun pada saat yang sama dengan meningkatnya kekasaran permukaan oleh sisa
tanaman yang menutup tanah atau rumput penutup tanah maka limpasan permukaan
akan berkurang. Terciptanya ruang pori oleh akar tanaman dapat meningkatkan
kapasitas infiltrasi dan perkolasi tanah. Sehingga jumlah air yang masuk ke
dalam tanah lebih besar dari pada run off berkurangnya kecepatan dan volume
limpasan permukaan akan menurunkan tingkat erosi suatu lahan.
Berikut ini merupakan
tanaman-tanaman yang dapat ditanam untuk melindungi tanah dari erosi,
meningkatkan bahan organik tanah serta produktivitas lahan. Berdasarkan habitus
pertumbuhannya tanaman penutup tanah dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) Tanaman penutup tanah rendah, meliputi
Centrocema pubersens Bth (Kacangan), Poeraria lobata (Kudzu),
Mimosa invisa (Baret/Putri Malu Besar), Ageratum conyzoides (Bandotan/Wedusan),
Panicum maximum jachi (Rumput Lempuyangan), Pennisentum purpureum Sch (Rumput
Gajah). Yang ditanam pada pola yang rapat pada barisan, untuk memperkuar
tebing saluran air dan teras.
2). Tanaman penutup tanah sedang meliputi Clibadium
surinamense (Kiangsrat), Lantana camara (Tahi Ayam/Telekan),
Leucaena glauca (Petai Cina), Tithonia tagetiflora Dsp (Tithonia),
Gliricidae sepium (Glirisida) yang ditanam pada barisan tanah utama,
sebagai pagar dan sumber bahan organik.
3). Tanaman penutup tanah tinggi
Selain itu pada lahan
pertanian perlu dilakukan teknik pengelolaan lahan untuk pengendalian erosi
antara lain:
1. Pengolahan tanah yaitu diolah seperlunya pada saat kandungan air
yang tepat, dilakukan sejajar dengan garis kontur dan dilakukan pemberian
mulsa, dan pembuatan guludan sejajar dengan garis tinggi (menyabuk gunung).
2. Penanaman dalam strip adalah cara bercocok tanam dengan beberapa
tanaman yang ditanam dalam setrip secara berselang seling pada sebidang tanah
dengan memotong arah lereng.
3. Multiple cropping atau pola tanam ganda selain dapat menekan laju
erosi juga dapat meningkatkan produktivitas lahan yang dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu pergiliran tanaman dan tumpang sari.
4. Pengelolaan tanaman dapat dilakukan dengan cara intensifikasi yang
tepat.
5. Alley Cropping merupakan metode strip cropping namun dengan menggunakan
tanaman pohon seperti lamtoro dan Gliricidae.
Mulsa dalam hal ini sisa-sisa tanaman yang dikembalikan lagi ketanah
a. Secara Mekanik
1. Saluran pemisah, berfungsi sebagai penahan limpasan permukaan
dari lahan atasnya.
2. Teras, berfungsi untuk mengurangi panjang dan kemiringan lereng sehingga
mempercil limpasan permukaan. Teras dibagi menjadi 4 bentuk yaitu teras gulud,
teras saluran, teras bangku, teras irigasi.
3. Jalan air, berfungsi untuk menghidari agar aliran permukaan
tidak terkumpul pada sembarang tempat. Bangunan ini juga disebut sebagai
saluran pembuangan air (SPA)
4. Bangunan terjunan, berfungsi untuk menghindari kerusakan dasar
saluran air karena adanya lereng curam. Pada bangunan ini perlu dibuat penguat
yang berasal dari bambu atau batu.
5. Dam penghambat, berfungsi menghambat kecepatan aliran dan tempat
pengendapan tanah yang terbawah oleh aliran air.
1. Pemupukan organik dengan memanfaatkan sistem reuse,reduse, dan recycle
Pengembalian bahan organik
dari residu tanaman akhir-akhir ini telah menjadi suatu keharusan dalam suatu
praktek usah tani. Alternatif teknik produksi dengan masukan bahan organic atau
pupuk organik, yang sering disebut pertanian organik, mengandalkan hara tanaman
sepenuhnya dari bahan organic. Teknik produksi yang menganjurkan penggunaan
pupuk organic dan pupuk anorganik secara komplementer dalam agroekoteknologi
juga menempatkan pentingnya pengembalian sisa tanaman, termasuk jerami sebagai
sumber hara dan pemeliharaan kesuburan tanah. Sumarno (2006) dalam Pemanfaatan
jerami untuk pupuk kandang (2009) menyebutkan bahwa salah satu tindakan UPTL
(Usaha Pertanian Tanpa Limbah) adalah menggunakan jerami sebagai pakan ternak
dan mengembaliakan pupuk kandang ke areal pertanian sebagai pupuk.
Pemanfaatan kotoran ternak
sebagai sumber pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian. Berdasarkan data
yang ada, dari sekian banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra
produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian
diantaranya terbuang begitu saja, sehingga sering merusak lingkungan akibat
menghasilkan bau yang tidak sedap. Satu ekor sapi dewasa dapat menghasilkan 23,
59 kg kotoran tiap harinya. Pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak
dapat menghasilkan beberapa unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman (Ridwan,
2006), seperti terlihat pada Tabel
Tabel Kandungan unsur hara pada pupuk kandang yang
berasal dari beberapa jenis ternak
|
Jenis Ternak
|
Unsur Hara
(kg/ton)
|
||
|
N
|
P
|
K
|
|
|
Sapi perah
|
22,0
|
2,6
|
13,7
|
|
Sapi potong
|
26,2
|
4,5
|
13,0
|
|
Domba
|
50,6
|
6,7
|
39,7
|
|
Unggas
|
65,8
|
13,7
|
12,8
|
Disamping menghasilkan unsur hara mikro, pupuk kandang juga menghasilkan
sejumlah unsur hara mikro, seperti Fe, Zn, Bo, Mn, Cu, dan Mo. Jadi dapat
dikatakan bahwa, pupuk kandang ini dapat dianggap sebagai pupuk alternatif
untuk mempertahankan produksi tanaman.
Berikut ini merupakan efisiensi masing-masing pupuk organik yang
berasal dari sisa hasil panen yang langsung digunakan sebagai kompos dan yang
melalui pupuk kandang (digunakan sebagai pakan ternak) menurut Warta Penelitian
dan Pengembangan Pertanian (2005).
Jerami
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jerami 5 t/ha
secara nyata dapat meningkatkan produksi padi dan mampu mensubstitusi pupuk KCl
50 kg/ha. Apabila jerami dikomposkan terlebih dahulu, takaran anjuran kompos
jerami adalah 2 t/ha. Penyusutan dari jerami segar menjadi kompos berkisar
40-50%. Berdasarkan data luas panen padi sawah tahun 2002 sekitar 10,4 juta
hektar dengan produksi jerami 5 t/ha, maka jerami segar yang tersedia sebesar
52,36 juta ton. Namun demikian, tidak semua jerami dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pupuk organik, karena jerami digunakan pula sebagai pakan ternak, media
jamur, bahan baku
kertas dan sebagainya. Apabila jerami dikomposkan, sebagai konsekuensinya akan
memerlukan waktu lebih lama, membutuhkan tempat pengomposan, dan menambah biaya
produksi. Apabila diasumsikan semua produksi jerami segar dapat dipakai untuk
pupuk organik maka lahan yang dapat dipupuk jerami segar dengan takaran 5 t/ha
mencapai 10,4 juta hektar, atau 15,7 juta hektar apabila jerami dikomposkan.
Pengangkutan sekitar 50% jerami ke luar lahan akan menurunkan luas lahan sawah
yang dipupuk hingga setengahnya. (Anynomous, 2006)
Kotoran Ternak
Dari berbagai jenis kotoran ternak, umumnya petani lebih
menyukai kotoran ayam, karena kandungan nitrogennya lebih tinggi dibandingkan
kotoran ternak lain. Kotoran sapi biasanya digunakan dengan dicampur bahan lain
dan dikomposkan. Ternak sapi dewasa, kuda, dan kerbau dapat memproduksi kotoran
rata-rata 3 kg/hari, kambing dan domba 0,5 kg/hari, dan ayam 200 g/hari.
Apabila kotoran tersebut dikomposkan maka akan terjadi penyusutan sekitar 50%.
Berdasarkan data populasi ternak pada tahun 2002 (Tabel 1) maka dalam kurun
waktu satu tahun dapat diproduksi kotoran ternak basah 57,88 juta ton. Apabila kotoran tersebut
dikomposkan dapat diproduksi sekitar 29 juta ton kompos per tahun. Apabila
kompos tersebut dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik untuk tanaman pangan,
maka untuk setiap musim tanam tersedia sekitar 14,5 juta ton kompos pupuk
kandang. Dengan asumsi takaran pupuk organik sekitar 2 t/ ha, makan luas lahan
yang dapat dipupuk mencapai 7,25 juta hektar. (Anynomous, 2005)
2. Penerapan Pengendalian Hama Terpadu
Pemakaian Pestisida kimia,
biasanya digunakan petani untuk memberantas hama dan penyakit tanaman.
Reaksinya cepat sehingga petani sering menggunakannya tanpa melihat atau
menyesuaikan penyemprotan dengan besarnya jumlah hama. Mereka cenderung
mencegah dengan menyemprotkan pestisida sebelum hama dan penyakit itu datang.
Akibatnya banyak hama dan penyakit yang tidak lagi terbasmi oleh pestisida
tersebut. Semakin banyak konsumsi pestisida maka akan semakin banyak pula biaya
produksinya. Dengan demikian ditawarkan sebuah solusi tentang pengendalian hama
terpadu dengan menggunakan musuh alami untuk menuju pertanian yang
berkelanjutan.
Solusi pengendalian hama
jangka panjang dibutuhkan untuk mengembalikan keseimbangan alam di lahan
pertanian, perkebunan dan lingkungan alami. Ini tentu saja memerlukan waktu
bertahun-tahun, sehingga PHT juga meliputi solusi pengendalian hama jangka
pendek, termasuk penggunaan pestisida alami.
PHT menggabungkan berbagai macam cara
pengendalian hama, untuk:
- Mencegah kemungkinan terjadinya permasalahan hama
- Mengurangi jumlah permasalahan hama jika sudah terjadi
- Menggunakan pengendalian alami untuk mengatasi permasalahan yang sudah terjadi
Sistem PHT akan membantu untuk:
- Mengurangi penggunaan sumber daya dan produk yang mahal, karena lahan akan “merawat” dirinya sendiri secara terus-menerus, serta sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari sumber daya lokal
- Memperbaiki kualitas tanah, tumbuhan dan lingkungan
- Meningkatkan produksi dari tanah secara keseluruhan
- Meningkatkan keanekaragaman dan daya tahan terhadap hama, penyakit dan cuaca ekstrim
- Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekitarnya
Pengendalian Hama Terpadu
dapat diterapkan di kebun rumah skala kecil, kebun untuk pasar, hingga lahan
pertanian skala besar seperti padi, tanaman buah-buahan dan juga untuk
keseluruhan sistem.
Untuk menjadi sehat dan kuat,
tanaman membutuhkan kondisi yang baik untuk tumbuh, yang meliputi:
- Tanah yang subur
- Air yang cukup
- Sinar matahari yang cukup
Jenis tanaman yang satu dengan
yang lainnya membutuhkan kondisi yang berbedabeda. Beberapa jenis tanaman
menyukai tanah yang sangat kering, beberapa menyukai tanah yang lembab,
beberapa menyukai tempat yang teduh, beberapa menyukai sinar matahari yang
berlebihan dll. Ada berbagai macam ‘musim mikro’ dalam setiap lahan, jika
tanaman cocok dengan kondisi yang dibutuhkan, mereka akan tumbuh dengan baik
dan memiliki daya tahan yang kuat terhadap penyakit.
PHT memiliki banyak aspek,
yang bermanfaat untuk mencegah permasalahan hama secara alami:
- Tanah yang sehat dan hidup – Memperkuat daya tahan tanaman
- Predator hama alami – Mengontrol jumlah hama
- Lingkungan yang sehat – Menjaga keseimbangan hama dan mendorong pertumbuhan predator hama
- Penyerbukan terbuka, benih non-hibrida – Memperkuat daya tahan terhadap hama
Pengelolaan tanaman yang baik, meliputi:
- Rotasi tanaman – Mengisi unsur hara dalam tanah
- Pola-pola alami untuk berbagai macam bentuk kebun - Mencegah serangan hama
- Tanaman campuran, bukan monokultur - Mengurangi jumlah perkembangan hama
- Tanaman penghambat hama - Memperlambat serangan berbagai macam hama
- Penanaman berpasangan – Tanaman akan saling membantu satu sama lain
- Membuat & menggunakan umpan serta perangkap – Menjaga rendahnya jumlah hama
- Menggunakan binatang untuk mengontrol hama – Metode yang efektif dan efisien untuk mengontrol hama
- Membuat & menggunakan pestisida alami – Mendukung lingkungan yang lebih sehat
- Kontrol biologis – Mekanisme pengontrolan hama alami dalam skala yang lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Anynomous. 2005. Pupuk organik
tingkatkan produksi pertanian. Available at http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr276057.pdf
Sumarno. 2006. Pemanfaatan
jerami untuk pupuk kandang. Available at http://www.litbang.deptan.go.id/download/one/2/file/Bagian-Ketiga.pdf
Ariffin. 2002. Cekaman air dan kehidupan tanaman.
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagyo, A. Mulyani,
N. Suharta. 2003. Kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian.
Bogor
Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M.
Soetedjo. 2005. Teknologi konservasi
tanah dan air. Rineka Cipta. Jakarta
Ridwan. 2006. Kotoran ternak sebagai pupuk dan
sumber energy. Available at http://www.disnak.jabarprov.go.id/data/arsip/Kotoran%20ternak%20sebagai%20pupuk%20dan%20sumber%20energi.pdf
CASINO - Kansas City Hotel Casino & Racetrack
BalasHapusCASINO. 1 KING 서귀포 출장마사지 STREET. KC, MO 통영 출장마사지 85203. (785) 477-3000. http://casino.snj.com/casinos/ 여주 출장마사지 Casinos Near Me. 777 Casino 강릉 출장안마 Drive Kansas City MO. (800) 933-3599. 포항 출장마사지